Amalan
Pendidikan Karakter Seorang Murid Terhadap
Guru Menurut
KH. Hasyim Asy’ari
Memasuki jaman
modernisasi atau yang sering kita sebut jaman globalisasi memang banyak dampak
yang bisa kita rasakan, baik positif maupun negatif. Terlebih dalam bidang pendidikan,
kita banyak dikagetkan dengan sistem pembelajaran yang sangat berbeda dengan
jaman yang sebelum-sebelumnya. Tidak hanya itu, seiring dengan berkembangnya
teknologi yang semakin canggih pelajar dituntut untuk bisa lebih efektif dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
KH. Hasyim
Asy’ari, tokoh besar pendiri Nahdlatul Ulama ini mempunyai peranan cukup
penting dalam kemajuan pendidikan Indonesia. Sosok beliau yang sejak kecil suka
membaca buku ini berhasil merubah sistem pendidikan khususnya di pesantren
mulai dari pendidikan karakter yang bersifat moralistik, berpegang teguh pada
prinsip hingga pelembagaan serta kurikulum. Hal ini menjadikan beliau dianggap
sosok yang membuat terobosan besar serta sangat mengesankan dan tetap relevan
dengan eksistensi pendidikan sekarang ini.
Selama masa
hidupnya, KH. Hasyim Asy'ari banyak menciptakan goresan pena dan catatan -
catatan yang meliputi banyak sekali hal, menyerupai bidang pendidikan. Salah
satu goresan pena beliau mengenai pendidikan adalah Adab Al-alim Wal Muta'alim Fi Ahwali Ta'alumihi Wama
Ta'limihi. Tulisan beliau ini menjelaskan wacana pengajar dan pelajar
dalam hal - hal yang perlu diperhatikan oleh pelajar selama belajar.
Kitab Adab
Al-Alim wal Muta’allim (etika orang berilmu dan pencari ilmu) merupakan salah
satu kitab KH. Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari. Isi dari kitab
ini dapat dikalsifikasikan menjadi 3 bagian. Bagian pertama membahas tentang
ketutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Bagian kedua membahas
tentang etika seseorang dalam tahap pencarian ilmu. Bagian ketiga membahas
tentang etika seseorang ketika sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari
lembaga pendidikan.
Latar belakang
terciptanya kitab tersebut adalah beliau mempunyai keinginan untuk mencetak
generasi pelajar yang selalu mengedepankan etika kepada siapapun, baik itu
kepada para asatidz dan sesama murid. Selain itu, menurut beliau pendidikan
yang berlandaskan akhlakul karimah sangat diutamakan karena hal tersebut adalah
salah satu usaha menahan emosional seseorang atas dasar keyakinan dan keimanan
yang dipercaya akan membawa kehidupan yang pasti, sehingga dapat lebih baik
lagi.
Hakikat
pandangan pendidikan sendiri menurut KH. Hasyim Asy’ari dapat diklasifikasikan
menjadi 2. Pertama, arti penting pendidikan adalah untuk mempertahankan
predikat makluk paling mulia yang diletakkan pada manusia. Hal ini tampak pada
uraian-uraiannya tentang keutamaan dan ketinggian derajat orang berilmu (Alim),
bahkan dibanding dengan orang ahli ibadah sekalipun. Kedua, pendidikan terletak
pada kontribusinya dalam menciptakan masyarakat yang berbudaya dan beretika.
Rumusan itu terlihat pada uraian tentang tujuan mempelajari ilmu, yaitu
semata-mata untuk diamalkan.
Sehubungan
dengan hal tersebut, sekarang semakin terkikis salah satu aspek terpenting
dalam berpendidikan atau menuntut ilmu, yaitu etika. Banyak pelajar atau murid
yang tidak memperdulikannya, bahkan seringkali muncul video-video yang tersebar
bebas di sosial media berisi murid yang berani melawan guru hanya karena
dihukum tidak mengerjakan tugas atau yang lain sebagainya.
Etika merupakan
aspek terpenting dalam menuntut ilmu, seorang siswa atau murid sepandai apapun
itu tidak akan mendapat keberkahan dalam hidupnya jika tidak mempunyai etika
yang baik atau sopan terhadap gururnya.
Seperti apa yang
disampaikan Guru kami DR. Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan,
“Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak
yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat
mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh
dari dampak buruk.”
Etika terhadap
guru mempunyai sifat yang meluas, dari mulai adab duduk sampai adab mendoakan
guru-guru kita yang sudah meninggal. Dengan adanya adab-adab yang ada, murid
dituntut untuk bersikap baik dan tidak boleh melawan guru atau ustadznya. Jika
melihat dari kacamata jaman modern sekarang sangatlah bertolak belakang dengan
apa yang sudah diajarkan guru-guru kita terdahulu khususnya Hadratussyekh KH.
Hasyim Asy’ari.
Beliau sangat
menganjurkan bagaimana sikap kita kepada guru pada saat menuntut ilmu, tidak
hanya saat jam pelajaran. Adab yang baik seorang murid atau santri juga harus
diterapkan di luar kelas atau dikehidupan sehari-hari. Misalnya, mencium tangan
guru kita ketika bertemu di jalan atau setidaknya menyapa, mendoakan guru-guru
kita sehabis sholat, berkunjung ke rumahnya guna menjalin erat tali
silaturahim, dan lain sebagainya. Adab seperti itulah yang selalu dianjurkan
KH. Hasyim Asy’ari untuk mencari keberkahan menuntut ilmu.
Pendidikan
karakter untuk seorang murid sudah mulai berkurang di jaman sekarang, banyak
kasus yang menganggap guru sebagai teman sebaya, sebenarnya hal ini banyak
diterapkan guru-guru sekarang terhadap murid dengan tujuan agar murid merasa
nyaman dalam proses belajar. Namun kenyataannya murid malah sering bertindak
tidak senonoh terhadap gurunya, mungkin terlalu nyaman dengan posisi tersebut
sehingga tidak memperdulikan adab atau kesopanan mereka terhadap guru yang
mempunyai peranan penting dalam hidupnya.
Salah satu hal
penting dalam menuntut ilmu atau menghormati guru adalah dengan cara berziarah
ke makam guru jika sudah meninggal, hal ini diharapkan guru mendapat posisi
yang terbaik di sisi Allah SWT dengan ilmu yang ditinggalkan kepada seorang
murid-muridnya.
Seperti apa yang
diajarkan KH. Hasyim Asy’ari pelajar hendaknya mengenali hak gurunya, tidak
melupakan jasanya, senantiasa mendoakannya, baik saat masih hidup atau setelah
meninggal dunia. Juga perlu memuliakan kerabat, rekan dan orang-orang yang
dicintai gurunya. Setelah gurunya wafat, sempatkan waktu untuk berziarah dan
memintakan ampunan kepada Allah untuk sang guru di depan kuburnya. Dalam segala
tingkah laku, metode pengajaran, amaliyyah dan hal-hal positif lainnya,
hendaknya menirukan cara-cara yang ditempuh oleh gurunya.
Pendidikan
karakter seorang murid kepada merupakan hal terpenting dalam kita menuntut
ilmu, entah itu di lingkungan sekolah maupun pondok pesantren. Namun sekarang
pendidikan karakter sudah mulai hilang atas faktor-faktor luar yang memengaruhi
kehidupan seorang siswa atau murid.