Konseptual Manusia Seutuhnya
Ilustrasi by pixabayMenjadi manusia seutuhnya bukanlah hal yang mudah dipelajari atau dilalui, arti atau definisi manusia sendiri menurut Abineno.J.I, “Manusia adalah ‘tubuh yang berjiwa’ dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana". Artinya, manusia harus memiliki jiwa yang kuat dalam dirinya, jiwa sendiri terbagi menjadi banyak, seperti contoh jiwa sosial, kepekaan terhadap lingkungan sekitar, atau bahkan jiwa yang memikirkan konseptual dalam diri seseorang tersebut.
Di sisi lain, manusia yang dapat dikatakan manusia seutuhnya adalah bagaimana ia sudah matang dalam berproses menuju kedewasaan atau kemandirian, konsep berjiwa mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, mandiri di sini menerangkan bahwa segala sesuatu yang bisa ditaklukan oleh manusia itu sendiri, entah itu masalah dalam hidupnya, atau berperang melawan jiwa yang tidak dihendaki dalam diri tersebut.
Sudah
seperti profesor atau doktor membahas tentang manusia seutuhnya, saya pribadi adalah
orang awam yang baru saja lulus kuliah jurnalistik di salahsatu perguruan
tinggi di Jakarta. Mengapa saya tertarik untuk menulis hal ini karena mungkin
saya berada dalam tahap menjadi manusia seutuhnya yang dipaksa memikirkan apa
yang ada di muka bumi ini terutama yang menjadi kebutuhan seorang diri yaitu diri
saya sendiri.
Saya
lahir di suatu desa terpencil di Jawa Tengah, Ayah saya seorang guru sekolah
swasta yang muridnya belum tentu mencapai target, dan Ibu saya seorang bidan
desa yang biasa membantu orang-orang desa untuk menyelesaikan masalah penyakit
dan melahirkan bayi di desa saya. Semasa kecil saya menghabiskan hidup saya
bersama teman-teman yang cukup brandal dan untuk menjadi sukses pun saya tidak
ada pikiran untuk itu.
Singkat
cerita usia saya sudah menginjak kepala dua, tekanan jiwa dalam diri untuk
menghasilkan sesuatu sudah mulai bermunculan. Saya juga sudah selalu hadir
dalam pertemuan-pertemuan jiwa yang tidak biasa, memerangi masalah hidup yang
hakikatnya akan memanjang ditambah tekanan dari luar terutama dari orang-orang
terdekat yang mengharapkan bahwa saya bisa menjadi sesorang yang menghasilkan
dan membanggakan.
Saya
terima akan hal itu, dan yang saya rasakan saat ini adalah takut yang menurut
saya tidak pernah terlihat oleh seseorang mana pun, atau yang tidak bisa
dirasakan oleh siapa pun. Ya, takut mengecewakan banyak pihak yang telah
melambungkan harapan tinggi ke dalam diri saya. Ketakutan ini hanya bisa saya
lewati dengan bantuan rohani dan ketekunan dalam diri saya sendiri. Mungkin ini
yang dimaksud konsep mandiri yang saya sudah bahas di atas tadi. Baru satu
konsep yang harus saya lewati, dan saya yakin masih banyak konsep-konsep yang
pasti lebih menakutkan dan harus dilalui.
Sadar
akan hal itu jiwa dalam diri saya mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup
yang biasa-biasa saja, manusia akan bisa dikatakan manusia seutuhnya jika ia
telah melahirkan sesuatu yang bisa dijadikannya tameng dalam diri manusia
tersebut, dan yang bisa membuat tameng tersebut adalah manusia itu sendiri, berbagai
macam bahan bisa dibuat tameng, yang terpenting adalah keyakinan dan usaha
dalam diri manusia tersebut.
Keren bang
BalasHapusYg ku pikirkan saat ini adalah takut mengecewakan banyak pihak.
BalasHapusYg ku pikirkan saat ini adalah takut mengecewakan banyak pihak.
BalasHapusHampir sama seperti masalah yang sedang saya hadapi, jadi berjuang bro, setiap manusia punya jalan masing-masing.
BalasHapuskonsepsi menjadi tua sebenarnya juga menyebalkan
BalasHapusBener juga si, diusia kepala dua ini kita makin dihadapkan sama pertanyaan-pertanyaan kedepan mau jadi apa, manusia yang seperti apa sama gimana menjadi manusia yang manusia, sulit ini memang. Hidup ini memang berproses si, bingung juga je wkwkwk aku juga belum nemuin mau jadi apa aku ini wkwk. Tpi ini keren si, kita butuh literasi-literasi kehidupan yang banyak buat tau mau jadi apa kedepannya wkwk👍
BalasHapusKonsisten terus buat karya-karya selanjutnya 🙌
setuju gak kalo kita alay itu berarti proses menuju dewasa?
BalasHapus