Sabtu, 19 September 2020

Tentang Hak dan Fungsi Hati

Tentang Hak dan Fungsi Hati

Ilustrasi by vidimages

Pagi sekali aku harus bangun, menikmati arunika dari jendela kecil di sudut kamarku. Segera menuju dapur sederhana rumahku membuat teh hangat dan mencicipi pisang goreng buatan ibuku. Terdengar juga saling saut ibu-ibu desa yang sedang memperjuangkan haknya untuk membeli dan menegosiasi harga sayur, ikan, dan sebagainya.

Bapak-bapak membawa jala ikan menuju laut dengan ayuhan sepedanya. Sedangkan aku begini saja, hari-hariku hanya menjadi saksi kesibukan mereka, menjadi penonton orang sekitar mencari nafkah. Seperti ada yang salah dalam diriku, entah apa yang membuat diri ini sehingga tidak semangat dalam melakukan hal apa saja.

Biasanya aku hanya menatap layar telepon genggam menunggu kabar dari seseorang istimewa bangun dari tidur lelapnya. Mungkin juga memang usiaku saat ini sedang ingar tentang cinta, nyatanya banyak orang di usiaku saat ini merasakan sakit hati, merasakan kasmaran atau bahkan sedang menjalin hidup baru setelah pernikahannya.

Aku sendiri sedang mencoba menggunakan fungsi hati yang sebenarnya, mencintai dan menyayangi dengan penuh kasih. Memang banyak salah prasangka ketika sedang menjalin suatu hubungan, tapi bagaimana kedua insan tersebut untuk menyikapinya. Ditambah lagi kondisi emosional yang tidak selalu stabil, artinya ego masing-masing insan masih ingin memperjuangkan haknya, seperti ibu-ibu yang sedang menawar harga sayur tadi.

Analogi tersebut bisa membuatku sedikit tenang bahwa tidak selalu hak kita bisa perjuangkan, semua tergantung seberapa dampak yang ada di dalamnya. Tetap melihat kebaikan dan kehancuran atas hak tersebut, belajar mendewasakan diri dan mulai menggunakan fungsi hati yang sebenarnya.

Rabu, 09 September 2020

Konseptual Manusia Seutuhnya

 Konseptual Manusia Seutuhnya

                                                                   Ilustrasi by pixabay

Menjadi manusia seutuhnya bukanlah hal yang mudah dipelajari atau dilalui, arti atau definisi manusia sendiri menurut Abineno.J.I, “Manusia adalah ‘tubuh yang berjiwa’ dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana". Artinya, manusia harus memiliki jiwa yang kuat dalam dirinya, jiwa sendiri terbagi menjadi banyak, seperti contoh jiwa sosial, kepekaan terhadap lingkungan sekitar, atau bahkan jiwa yang memikirkan konseptual dalam diri seseorang tersebut.

Di sisi lain, manusia yang dapat dikatakan manusia seutuhnya adalah bagaimana ia sudah matang dalam berproses menuju kedewasaan atau kemandirian, konsep berjiwa mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, mandiri di sini menerangkan bahwa segala sesuatu yang bisa ditaklukan oleh manusia itu sendiri, entah itu masalah dalam hidupnya, atau berperang melawan jiwa yang tidak dihendaki dalam diri tersebut.

Sudah seperti profesor atau doktor membahas tentang manusia seutuhnya, saya pribadi adalah orang awam yang baru saja lulus kuliah jurnalistik di salahsatu perguruan tinggi di Jakarta. Mengapa saya tertarik untuk menulis hal ini karena mungkin saya berada dalam tahap menjadi manusia seutuhnya yang dipaksa memikirkan apa yang ada di muka bumi ini terutama yang menjadi kebutuhan seorang diri yaitu diri saya sendiri.

Saya lahir di suatu desa terpencil di Jawa Tengah, Ayah saya seorang guru sekolah swasta yang muridnya belum tentu mencapai target, dan Ibu saya seorang bidan desa yang biasa membantu orang-orang desa untuk menyelesaikan masalah penyakit dan melahirkan bayi di desa saya. Semasa kecil saya menghabiskan hidup saya bersama teman-teman yang cukup brandal dan untuk menjadi sukses pun saya tidak ada pikiran untuk itu.

Singkat cerita usia saya sudah menginjak kepala dua, tekanan jiwa dalam diri untuk menghasilkan sesuatu sudah mulai bermunculan. Saya juga sudah selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan jiwa yang tidak biasa, memerangi masalah hidup yang hakikatnya akan memanjang ditambah tekanan dari luar terutama dari orang-orang terdekat yang mengharapkan bahwa saya bisa menjadi sesorang yang menghasilkan dan membanggakan.

Saya terima akan hal itu, dan yang saya rasakan saat ini adalah takut yang menurut saya tidak pernah terlihat oleh seseorang mana pun, atau yang tidak bisa dirasakan oleh siapa pun. Ya, takut mengecewakan banyak pihak yang telah melambungkan harapan tinggi ke dalam diri saya. Ketakutan ini hanya bisa saya lewati dengan bantuan rohani dan ketekunan dalam diri saya sendiri. Mungkin ini yang dimaksud konsep mandiri yang saya sudah bahas di atas tadi. Baru satu konsep yang harus saya lewati, dan saya yakin masih banyak konsep-konsep yang pasti lebih menakutkan dan harus dilalui.

Sadar akan hal itu jiwa dalam diri saya mengatakan bahwa manusia tidak bisa hidup yang biasa-biasa saja, manusia akan bisa dikatakan manusia seutuhnya jika ia telah melahirkan sesuatu yang bisa dijadikannya tameng dalam diri manusia tersebut, dan yang bisa membuat tameng tersebut adalah manusia itu sendiri, berbagai macam bahan bisa dibuat tameng, yang terpenting adalah keyakinan dan usaha dalam diri manusia tersebut.

Menikmati Karya Basoeki Abdullah yang Mendunia

 

Menikmati Karya Basoeki Abdullah yang Mendunia

Merdeka.com - Jakarta, adalah salah satu kota yang memiliki polemik tinggi, suara bising di sepanjang jalan, serta manusia-manusia yang memiliki rasa egoisme yang tinggi. Tapi di balik keriuhannya, Jakarta juga mempunyai banyak peninggalan bersejarah yang belum banyak orang tahu.

Seperti Museum Basoeki Abdullah ini. Museum yang terletak di Jalan Keuangan Raya No 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan ini memiliki nilai historis yang cukup tinggi dan membuat hati dan otak kita segar kembali setelah penat mengejar upah negara.

Berawal dari rumah seorang pelukis Basoeki Abdullah yang sudah mendunia, rumah cucu dari penggerak Organisasi Budi Utomo Wahidin Sudirohusodo ini telah diresmikan menjadi sebuah museum pada tanggal 25 November 2001 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika.

Museum ini berisi lukisan-lukisan dan peninggalan-peninggalan Basoeki Abdullah yang karyanya sudah mendunia. Pelukis yang beraliran naturalisme ini lihai melukis obyek mirip dengan aslinya.

Goresan tinta pada kanvas berhasil membuat lukisan itu seolah bernyawa dan memiliki nilai jual tinggi yang jarang dimiliki oleh pelukis lain di Indonesia.

Dekorasi museum yang rapi dan estetik mampu menggeser bola mata para pengunjung untuk meliriknya. Penempatan lukisan dan sejumlah barang peninggalannya tertata dengan baik dan tidak kalah menarik pencahayaan museum ini sangatlah variatif serta interior museum yang artistik.

Seiring berjalannya waktu, museum ini menambah satu bangunan di sebelahnya yang membuat museum ini terlihat semakin megah. Bangunan baru ini diresmikan pada tahun 2016 dan berisi hasil pemenang karya-karya anak bangsa khususnya yang masih duduk di bangku sekolah.

Dengan bertambahnya bangunan ini Museum Basoeki Abdullah menjadi salah satu museum yang wajib dikunjungi atas nilai historis dan penataan ruangnya yang mampu menipu mata.


 

CINTA (?)

Insan kaula muda memang seperti haram hukumnya jika tidak bicara soal cinta. Bukan lagi hal yang tabu, cinta sudah seperti kebutuhan yang ha...